Mengapa Kera Tidak Pernah Mentertawakan Kera Lain?

Evolusi telah memungkinkan manusia menggunakan tawa untuk mengejek dan mengolok-olok orang lain, sementara kera hanya tertawa untuk menikmati diri mereka sendiri, seorang ilmuwan mengungkapkan kemarin (12-Jan-10).

Dr Marina Davila Ross dari Universitas Portsmouth, telah mempelajari bagaimana manusia belajar untuk tertawa sejak dari nenek moyang manusia yang berupa kera besar (great ape). Dalam penelitiannya yang terbaru dia menemukan bahwa spesies primata telah sejak lama mengembangkan fungsi yang berbeda untuk tertawa.


Naru orangutan tertawa karena digelitiki oleh Dr Marina Davila Ross

Sementara kera Asia tertawa karena senang, kera Afrika tertawa untuk mempengaruhi orang lain dan manusia dapat menggunakan tertawanya untuk mengejek orang lain selain juga karena senang.

Dr Ross berkata: “Manusia dan kera Afrika mengembangkan tertawa lebih jauh daripada kera Asia kera besar dengan tujuan agar memiliki efek pada lainnya. “Tetapi sesuatu telah terjadi dalam lima juta tahun terakhir ini dimana manusia menggunakan tawa dalam pengertian yang jauh lebih luas daripada nenek moyang primata kita. ‘Tawa terjadi di setiap tempat yang berhubungan dengan berbagai interaksi sosial manusia, termasuk untuk mengejek orang lain.”

Dr Davila Ross, peneliti di Department of Psychology, mengatakan bahwa meskipun tawa telah hadir di semua keturunan kera besar, suara tawa berubah sepanjang evolusi.

orangutan.jpg
Orang utan ini cenderung tertawanya lebih mencicit

Dia mengatakan bahwa penelitian, yang diterbitkan di Communicative and Integrative Biology, mengindikasikan bahwa perubahan suara ini terjadi bersama-sama dengan perubahan dalam perilaku tertawa para spesies.

Dia menjelaskan: “pengamatan kami menunjukkan perbedaan yang kuat dalam penggunaan tawa antara kera besar Asia (orangutan) dan kera besar Afrika (gorila, simpanse dan bonobo). Kera besar Asia cenderung mencicit daripada tertawa, sementara kera Afrika dan manusia jelas lebih sering tertawa. Berdasarkan temuan ini, kami dapat menyimpulkan bahwa 10 sampai 16 juta tahun yang lalu tawa adalah suara dengan penggunaan yang terbatas. Mungkin tidak banyak berpengaruh pada cara orang lain berperilaku. Temuan kami mengusulkan dua periode penting dari perubahan akibat seleksi alam (selection-driven-changes) pada tawa kera besar dan manusia.”

Dr Davila Ross dan rekan-rekannya Michael Owren, dari Georgia State University, dan Elke Zimmermann, Universitas Kedokteran Hewan di Hannover, juga menunjukkan bahwa suara selain tawa juga bisa berkembang dalam konteks saling menggelitiki dan bermain. Mamalia lain, termasuk rubah terbang, membuat suara ketika mereka saling menggelitiki tetapi mereka tidak perlu tertawa.

Hi.. Hi.. Hi.. 😆

Dikemas oleh: Lambang (LambangMH.wordpress.com)

About Lambang MH

Pengamat kehidupan, pengamat kemanusiaan, pengamat spiritual, pengamat teknologi dan pengamat segala macam yang bisa diamati.
This entry was posted in Informasi, Kemanusiaan and tagged , , , , , , , . Bookmark the permalink.

11 Responses to Mengapa Kera Tidak Pernah Mentertawakan Kera Lain?

  1. batjoe says:

    wah dikalimantan udah hampir punah keranya mas.. soalnya yang ngabisin kera yang jalannya pakai dua kaki..

    siapa ya???

  2. batjoe says:

    lha dipotingan sebelumnya udah dibahas jangan pakai hihihihihihi
    kenapa diakhir artikel ada hihihihi lagi lengakap dengan gambar 🙂 🙂 🙂

    herannya kita yang ngetawain kera di negeri sendiri justru orang luar negeri yang banyak nyelamatin muka monyet kita..

    mau dibawa kemana muka monyet kita… bilangnya bang MK monyetnya udah jatuh dari pohon

    hehehehehehe

  3. m4stono says:

    mengapa kera tidak pernah menertawakan kera lain???/

    kata siapa? lha buktinya ini…hihihihihihihihihi :mrgreen:

  4. sikapsamin says:

    Betul mas M4stono,
    ‘saya’ sering koment canda diberbagai blog…Dan mendapat sambutan hangat/seimbang tuh?! Kurang kali…wawasan Dan pendalaman riset Dr. Davila Ross tuh…
    Disarankan agar dia meneliti komen2 diblog kita, nanti kesimpulannya ‘kan berubah…
    hihihi…kira2 aku dikeroyok rame2 nggak ya?!?…mulayuuuu

  5. Lambang says:

    Mas Batjoe, tadinya saya memang mau posting artikel ini. Eh mendadak bung MK mengkritisi masalah hihi itu. Jadinya ya klop deh, muncul artikel dengan tambahan hihi.. 😆 di bawahnya.

    Padahal ngga ada kamsud merespons kritisi, kebetulan aja koq ya niatnya sama. Hai brat MK.. pakabar..

    KangTono, sesama great apes tidak boleh saling mentertawakan.. hehe..

    Mas Sam, dari riset saya tentang berbagai komen di blog seluruh dunia *halah*, yang sering memberi komen ketawa-ketiwi – cengengesan – ngeledek – sinis – ofensif dan lain-lain, ya hanya ada di Indonesia tuh. Katanya orang sering ketawa itu awet muda, tapi kenyataannya umur rata-rata orang Indonesia hanya sekitar 65. Jauh di bawah umur rata-rata orang barat sana yaitu sekitar 80. Jadi apanya yang salah? 🙂

    • batjoe says:

      wuih… kok jai serius nih…
      lha saya sinin aja masih awet muda apalagi banyakin ketawa to cengegesan mungkin cepet ke alam bakah
      hehehehehehehe

      soalnya kalau ketemu si kat mungkar dan nagkir yang bilangnya ndak pernah senyum (bilangnya lho ya) soalnya saya belum pernah ketemu malaikatnya, kan bisa diajak senyum2 tuh sikat-kat
      hihihihih ……… 🙂

  6. lovepassword says:

    Hi Hi Hi …

    • batjoe says:

      kalau mas LOP emang udah kesohor dengan keawa hihihi nya tanya aja sama sang cerpenis…

      hihihihihi juga

      ======================
      :: Hihihi…. 🙂
      ======================

  7. Yang-Kung says:

    ini membuktikan bahwa nurani kera lebih tinggi dpd nurani manusia.Tuh lihat di TV isinya hanya berantem melulu……kok ya ndak bosan2 ya:irihati-dendam-mau menang sendiri-men jelek2kan orang lain-berlagak sok pinter .

    salam rahayu.

    ======================
    :: Wah saya kurang tahu apakah kera punya nurani atau tidak. Dan manusia-manusia kocak yang sering muncul di TV itu memang terlalu… apalagi para pengacaranya yang terbiasa bicara keras… 🙂
    ======================

  8. ahmed shahi kusuma says:

    gara2 ngatawain orang laen, seseorang bisa diancam pasal2 pencemaran nama baik, dihasut bunuh, dibakar di inkuisisi……..
    Kera bebas ketawa karena tidak ada pasal2, lembaga kejaksanaan, Lembaga pemasyarakatan dengan fasilitas penuh yg memperkarakan…….
    Ketawa lah sebelum daripada anda dibuang daripada ke pulau Buru!

  9. davi says:

    karna kera nyadar bahwa dia hanyala seekor kera….wkwkwk

    ======================
    :: Apa hiya kera memiliki kesadaran tentang siapa dirinya? 🙂
    ======================

Comments are closed.